Wednesday, April 30, 2014

sistem ekonomi, sosial, budaya dan agama di kerajaan-kerajaan



1.      Kerajaan Kutai
Ekonomi    :Bertani di sawah dan ladang, Perdagangan.
Sosial         : Kehidupan masyrakatnya sudah sangat teratur, pada masyarakatnya terdapat golongan Brahmana, ksatria, dan masyarakat umum.
Budaya dan Agama : sudah dipengaruhi oleh kebudayaan India, golongan istana, Brahmana, dan ksatria menganut agama Hindu. Masyarakat umumnya masih menjalani adat istiadat dan kepercayaan asli mereka.
2.      Kerajaan Tarumanegara
Ekonomi    : Pertanian dengan sistem irigasi, perdagangan.
Sosial         : Susunan masyarakat sudah teratur, sudah terbagi dalam kasta dengan perannya masing-masing, masyarakat yang mendominasi adalah petani, pedagang, dan nelayan.
Budaya dan Agama : Dikenalnya huruf palawa dan bahasa Sansekerta, bahasa pergaulannya adalah bahasa Kun Lun yang berasal dari Cina, agama yang berkembang adalah agama Hindu, Buddha, dan agama asli.
3.      Kerajaan Holing
Ekonomi    : Perdagangan dan pelayaran, kegiatannya terpusat pada satu tempat, yaitu pasar, telah diadakan hubungan perdagangan dengan negara tetangga.
Sosial         : Sudah ada lembaga masyarakat yang berfungsi dan bertugas dengan jelas, dilaksanakannya hukum dan undang-undang oleh masyarakat.
Budaya dan Agama : Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Buddha, kebudayaannya banyak dipengaruhi oleh agama Buddha dan budaya India.
4.      Kerajaan Melayu
Ekonomi    : Didominasi oleh kegiatan perdagangan dan pelayaran.
Budaya dan Agama : Mayoritas memeluk agama Buddha. Buktinya adalah mereka dengan senang hati menerima pemberian patung Buddha Amongphasa dari Kertanegara.
5.      Kerajaan Sriwijaya
Ekonomi    : Sebagai pusat perdagangan internasional, kerajaan maritim yang bersifat metropolitan, komoditas utamanya adalah emas, gading, perak, damar, dan rempah-rempah.
Sosial         : Masyarakatnya bersifat sangat majemuk, sudah mengenal stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Budaya dan Agama : Agama yang berkembang di kerajaan ini adalah agama Buddha, kerajaan ini merupakan pusat pendidikan agama Buddha di Asia Tenggara.
6.      Kerajaan Mataram Kuno
Ekonomi    : Kegiatan ekonomi utamanya adalah bertani, berternak, berdagang, dan menjadi pengrajin, kegiatan perdagangan dilakukan dengan bergilir mengikuti hari pasaran Jawa, barang-barang yang diperdagangkan adalah kapur barus, rempah-rempah, gading, dan emas.
Sosial         : kehidupan sosial masyarakat Mataram Kuno sudah cukup luas dengan dilakukannya perdagangan dengan kerajaan lain dan bahkan dengan luar negri.
Budaya dan Agama : Kerajaan Mataram Kuno secara mayoritas menganut agama Hindu agama Buddha Mahayana, pada masa kerajaan ini pula berkembang cerita Ramayana dan Mahabrata yang ditulis dalam huruf Jawa Kuno (Kawi).
7.      Kerajaan Medang Kemulan
Ekonomi   : perdagangan dan pelayaran, barang dagangannya adalah porselen, beras, daging dan kayu, pada masa pemerintahan Mpu Sindok, dibangun sebuah bendungan yang berfungsi sebagai irigasi dan tempat memelihara ikan.
Sosial        : Masyarakat kerajaan Medang Kamulan tersusun dalam sebuah herarkis, birokrasi kerajaan berjalan sesuai dengan tugasnya, pada umumnya, masyarakatnya adalah petani, pedagang, dan nelayan.
Budaya dan Agama : kebudayaan pada masa ini sudah berkembang dengan sangat baik, pajak-pajak telah dibebaskan karena harus memelihara sebuah bangunan suci. Daerah yang dibebaskan dinamakan dengan desa peerdikan atau sima.
8.    Kerajaan Kediri
Ekonomi   : peratnian dan berdagang, hasil taninya yang utama adalah beras, barang komoditas utamanya adalah gading, emas, dan cendana, pajak yang dihasilkan berupa hasil bumi. Telah mengenal sistem pertukaran dengan uang, emas atau perak.
Sosial        : kehidupan masyarakat di kediri telah berjalan dengan teratur, warganya telah memiliki runah yang baik, hukuman yang ditetapkan adalah hukuman denda dan hukuman mati.
Budaya dan Agama : pada masa kerajaan ini perkembangan sastra maju, sastrawan adalah Jayabhayana dengan ramalannya yang terkenal, yaitu Jangka Jayabhaya.
9.    Kerajaan Singasari
Ekonomi   : kehidupan masyarakat Singasari di dominasi dengan bertani, berdagang dan pengrajin.
Sosial        : kehidupan sosialnya terbagi atas dua kelas yaitu kelas atas raja dan keluargannya, serta bangsawan lainnya. Kelas bawah, yaitu rakyat jelata dan masyarakat umum., di bangunnya desa-desa mengikuti hari pasaran Jawa.
Budaya dan Agama : pada masa kerajaan ini, hadir karya-karya Mpu tanakung dan kitab Ludhaka, pada masa ini kebudayaan berkembang dengan sangat pesat, mislanya wayang kulit.
10.           Kerajaan Bali
Ekonomi   : Masyarakat bali bercorak agraris. Prtanian menjadi penghasilan utama masyarakat bali.
Sosial        : Kehidupan sosial masyarakat bali terbagi dalam kasta yang disebut catur warna, tidak seketat di India.
Budaya dan Agama : Hingga saat ini, masyarakat bali masih sangat menganut agama Hindu, selain itu, terdapat penganut agama dan kepercayaan lain yang berasal dari kepercyaan nenek moyang.
11.          Kerajaan Pajajaran
Ekonomi   : Masyarakat pajajaran digolongkan sesuai dengan pekerjaannya.
Sosial        : Pada masyarakat pajajaran, telah dikenal sistem kehidupan masyarakat yang bertingkat, disesuaikan dengan hierarki kerjaan pada saat itu.
Budaya dan Agama : Secara umum, masyarakat pajajaran menganut agama Hindu dan Buddha, akan tetapi kepercayaan aslii masyarakat pajajaran juga tetap hidup.
12.           Kerajaan Majapahit
Ekonomi   : Mata pencaharian masyarakat Majapahit adalah bertani, hasil pertanian adalah padi, lada.



Sosial        : Hasil upeti diserahkan kepada raja digunakan untuk membuat saluran pengairan, dan prasarana umum lainnya.
Budaya dan Agama : Agama yang berkembang adalah Hindu dan Buddha, sikap toleransi sangat terasa dalam kehidupan beragama. 



Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial standar isi 2006.  Dr. Magdalia Alfian, M.A, Dr. Nana Nurliana Soeyono, M.A, Dra. Sudarini Suhartono, M.A. penerbit: ESIS
 


Tuesday, April 29, 2014

Kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Indonesia





         Zaman Kerajaan di Indonesia yang pertama berkembang di Indonesia yaitu kerajaan Hindu dan Buddha sedangkan sistem perekonomian yang di gunakan pada waktu itu adalah perdagangan, sehingga hubungan dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah pun bisa terjalin.
           Pada zaman kerajaan berkembang Agama Hindu lah yang pertama masuk ke Indonesia dengan perkiraan awal awal Tarikh Masehi dan terus berkembang sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan. Berikut 10 kerajaan Hindu-Buddha yang ada di Indonesia.

1.   Kerajaan Kutai 


Kerajaan kutai merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia. Letak kerajaan kutai tepatnya di hulu sungai Mahakam, kalimantan. Nama kutai diambil dari nama  tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara menyebutkan nama kerajaan ini.
Tujuh buah yupa merupakan sumber utama bagi para ahli untuk menginterpretasikan sejarah kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang memerintah Kerajaan Kutai saat itu Mulawarman.
Mulawarman adalah anak Asmawarman dan cucu Kudungga. Nama Mulawarman dan Asmawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Adapun Kudungga, kemungkinan adalah nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh oleh kebudayaan India. Putra Kudungga, Asmawarman, kemungkinan adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga.
Putra Asmawarman adalah Mulawarman. Dari Yupa, diketahui bahwa pada masa pemerintah Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
2.       Kerajaan Tarumanegara
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara diperoleh dari prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan. Namun, tulisan pada beberapa prasasti, seperti pada Prasasti Muara Cianten dan Prasasti Pasir Awi sampai saat ini belum dapat diartikan. Banyak informasi berhasil diperoleh dari tulisan pada kelima prasasti lainnya, terutama Prasasti Tuggu yang merupakan prasasti terpanjang . Tujuh prasasti dari Kerajaan Tarumanegara adalah: Prasasti Cianten, Prasasti Tugu , Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Munjul.
Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Taruma negara adalah catatan perjalanan pendeta Cina Fa-Hsein, pada tahun 414 dan catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Dari catatan sejarah kedua dinasti ini, diperoleh bukti yang lebih kuat tentang letak Kerajaan Tarumanegara.
Dari salah satu prasasti, yakni Prasasti Ciaruteun yang ditemukan di Desa Ciampea, Bogor, diketahui bahwa Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani. Dari deskripsi prasasti ini, dapat disimpulkan sangat pentingnya kedudukan Raja Purnawarman. Dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasasti tersebut, dapat disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama.
3.       Kerajaan Holing
    Berdasarkan catatan dari pengelana Cina pada masa Dinasti Tang, Kerajaan Holing terletak berbatasan dengan laut di selatan, Chen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) di sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat. Kerajaan Holing diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Sima. Kerajaan Holing memiliki hubungan politiki yang baik dengan banyak kerajaan disekitarnya. Kerajaan Holing sering mengirim utusan ke luar negeri, dan banyak utusan dari kerajaan lain datang ke Kerajaan Holing.
    Nama lain dari Holing adalah She-Po (Jawa), berdasarkan berita dari salah seorang pengelana dari dinasti Tang, disimpulkan bahwa kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. J.L. Moens memperkirakan letak Kerajaan Holing di dasarkan aspek ekonomi. Menurut J.L,Moens, Kerajaan Holing terletak di tepi selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya karena Selat Malaka merupakan selat yang paling ramai dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran saat itu. Pendapat J.L.Moens diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah bernama Keling di Semenanjung Malaya.
4.       Kerajaan Melayu
Kerajaan-kerajaan Buddha di Sumatra muncul pada sekitar abad ke-6 dan ke-7. Sejarah mencatat ada dua kerajaan bercorak Buddha di Sumatra, yaitu Kerajaan Melayu dan Kerajaan Sriwijaya. Nama kerajaan Sriwijaya selanjutnya mendominasi hampir seluruh informasi tentang kerajaan dari Sumatra pada abad ke-7 hingga ke-11.
Kerajaan Melayu merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang bisa ditemukan Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di daerah Jambi, tepatnya di tepi alur Sungai Batanghari. Di sepanjang alur Sungai Batanghari ditemukan banyak peninggalan berupa candi dan arca. Kerajaan Melayu adalah catatan dari seorang pengelana dari Cina yang bernama I-Tsing (671-695). Ia menyebutkan bahwa pada abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Melayu yang secara politik di masukkan ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Melayu terletak di dekat selat Malaka yang merupakan jalur Kerajaan Melayu baru kita peroleh kembali beritanya dari abad ke-13. Menurut Kitab Negarakertanegara, pada tahun 1275, Raja Kertanegara dari kerajaan di Jawa mengadakan ekspedisi penaklukan ke Sumatra. Ekspedisi tersebut disebut ekspedisi Pamalayu. Setelah cukup lama di bawah kekuasaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu muncul kembali sebagai pusat kekuasaan di Sumatra. Pada Abad 17, Adityawarman, putra Adwayawarman memerintah Kerajaan Melayu, Adityawarman memerintah hingga tahun 1375, kemudian digantikan oleh anaknya Anangwarman.
5.       Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya yang muncul abad ke-6 pada mulanya berpusat di sekitar Sungai Batanghari, pantai timur Sumatra. Pada perkembangannya, wilayah Kerajaan Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu, Semenanjung Malaya, dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Catatan mengenai kerajaan-kerajaan di Sumatra didapat dari seorang pendeta Buddha Cina bernama I-Tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya antara tahun 685-689 M. Pada tahun 692, ketika I-Tsing kembali ke Kerajaan Sriwijaya , Kerajaan Melayu sudah dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Dari cerita I-Tsing tersebut bisa disimpulkan bahwa Sriwijaya telah menaklukan dan menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Sumber sejarah lain berasal dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya berhuruf Pallawa, dan ada juga menggunakan bahasa Melayu Kuno pada umumnya bersikan nama-nama raja yang memerintah kerajaan Sriwijaya. Nama raja-raja Sriwijaya yang tercantum dalam prasasti-prasasti peninggalan Sriwijaya adalah: Raja Dapunta Hyang, Raja Balaputradewa, Raja Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Menurut catatan kerajaan Dinasti Tang dan Sung, sebelum Raja Sri Sanggawarman adalah: Sri Udayadityawarman, Sri Sudamaniwarmadewa, Sri Marawijayatanggawarman. Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa Raja Balaputra Dewa. Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran saat terjadi serangan dari kerajaan Chola dari India pada tahun 1017, 1025, dan 1068.
6.       Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno disebut juga Bhumi Mataram, berkembang sekitar abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah. Pusat pemerintahan kerajaan Mataram Kuno berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, hal ini disebabkan oleh: -selama abad ke-7-9 terjadi serangan dari kerajaan Sriwijaya hingga mendesak kerajaan Mataram. – terjadinya letusan ke arah timur gunung berapi di sekitar wilayah kerajaan sehingga daerah Jawa Tengah dianggap tidak layak huni.
Asal usul kerajaan Mataram kuno dapat dilihat dan prasasti Canggal, Balitung, dan kitab Carita Parahyangan. Pada dasarnya, prasasti tersebut menyatakan bahwa Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna dan digantikan Raja Sanjaya yang membentuk Dinasti Sanjaya yang membentuk Dinasti Sanjaya, penguasa Mataram Kuno. Raja Sanjaya memajukan penyebaran pengaruh Hindu di pulau Jawa. Hal itu ditempuh dengan cara mengundang pendeta-pendeta Hindu untuk mengajar di kerajaan Mataram Kuno. Selain itu, Raja Sanjaya juga memulai pembangunan kuil-kuil pemujaan berbentuk candi. Candi-candi yang dibangun pada masa berdirinya Kerajaan Mataram Kuno adalah sarana pemujaan untuk Dewa Siwa.
Raja terbesar dari kerajaan mataram kuno adalah dyah balitung yang menyempurnakan sistem pemerintahan. Setelah dyah balitung mataram masih mengalami pemerintahan 3 orang raja Maharaja Tulodhong, dan sri Maharaja Rakai Wawa, selanjutnya Mataram dipindahkan ke Jawa Timur. Pada masa itu pula terjadi letusan gunung berapi yang membahayakan kota kerajaan setelah Rakai Wawa mangkat ia digantikan oleh Mpu Sindok. Beberapa sumber sejarah tentang Dinasti Syailendra yang berhasil ditemukan, anatara lain prasasti Kalasan, Kelurak, Ratu Boko, dan Nalanda. Dinasti Syailendra berkuasa di daerah Bagelan dan Yogya pada abad ke-8. Pendirinya adalah Raja Wisnu yang memerintahkan pembangunan wihara dan tempat pemujaan bagi Dewi Tara. Pada abad ke-8, kedudukan Dinasti Sanjaya digantikan oleh Dinasti Syailendra. Dinasti ini menggunakan politik ekspansi untuk mengusai daerah selat malaka. Pada masa pemerintahan Raja Samaratungga, dibangun candi Borobudur. Namun, belum selesai sampai ia wafat.
Dinasti Sanjaya adalah dinasti yang bercorak Hindu yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Mataram Kuno. Dinasti ini didirikan pada tahun 132 oleh Sanjaya. Tidak banyak yang dapat diketahui dari Dinasti ini karena pada masa Dinasti ini berdiri dinasti Syailendra yang berada dalam masa kejayaan dan lebih mendominasi. Yang mempersatukan dua dinasti besar ini adalah pernikahan antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardhani seorang putri dari raja Dinasti Syailendra, yaitu Samaratungga. Dengan pernikahan ini, pengaruh Hindu mulai terasa dalam Kerajaan Mataram. Peninggalan dari Dinasti ini adalah dibangunnya Candi Prambanan oleh Raja Tulodong pada tahun 910. Peninggalan permukiman khusus ini sampai sekarang masih bisa kita temukan, misalnya di kota Yogyakarta dan Surakarta. Di sekitar Keraton Yogyakarta, masih dapat kita jumpai perkampungan yang bernama kadipaten (tempat kediaman Adipati Andun atau Putra Mahkota), kepatihan (tempat tinggal patih), dan Nyutran (tempat tinggal pasukan pengawal istana).
Dinasti Syailendra adalah dinasti besar di Nusantara yang bercorak Buddha Mahayana dan berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno sejak tahun 752. Dinasti ini hidup berdampingan dengan Dinasti Sanjaya yang berkuasa pada tahun 732 di daerah Jawa Tengah bagian Selatan. Nenek moyang Dinasti Syailendra diperkirakan dari daratan Indocina. Nama Syailendra yang berarti “penguasa gunung”, memiliki makna yang menunjukkan penguasa gunung. Gelar ini sering terlihat pada epigrafi keturunan raja-raja Syailendra walaupun gelar ini tidak semestinya dipergunakan oleh para keturunan tersebut. Raja Wisnu diperkirakan sebagai raja pertama dinasti ini. Peninggalan Dinasti Syailendra adalah bangunan peribadatan umat Buddha, yaitu Borobudur yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.
7.       Kerajaan Medang Kemulan
Medang Kemulan terletak di Muara Sungai Brantas. Didirikan oleh Mpu Sindok, yang memindahkan kerajaan Mataram kuno ke Jawa Timur. Sumber-sumber yang menyebutkan keberadaan Medang Kemulan, antara lain adalah Prasasti Mpu Sindok dan Prasasti Kalkuta. Sebelum memerintah, Mpu Sindok pernah menjabat sebagai Rakai Halu dan Rakai Mahapakuh 1 Hino. Mpu Sindok memerintah Kerajaan Medang Kemulan bersama istrinya, yaitu Sri Prameswari Wardhani Mpu Kebi. Pengganti Mpu Sindok adalah Sri Dharmawangsa yang pernah menyerang dan menguasai Sriwijaya meminta bantuan Kerajaan Wurawari untuk menyerang Medang sehingga terjadi perang, yang mengakibatkan terbunuhnya Sri Dharmawangsa. Pengganti Sri Dharmawangsa adalah Airlangga, melarikan diri ke Wonogiri, ia berhasil menguasai Medang kemudian pada tahun 1019 dan pada 1029 musuh-musuhnya berhasil ditaklukan. Airlangga membagi dua wilayah Kerajaan Medang Kemulan, agar tidak terjadi perang saudara. Medang dibagi menjadi dua, yaitu Panjalu dan Kediri.
8.       Kerajaan Kediri
Raja pertama kerajaan kediri adalah Raja Sri Jawarsha yang membuat prasasti Kerajaan Kediri pada tahun 1104 dan mengaku dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu. Setelah Sri Jayawarsha, Raja Kediri selanjutnya adalah: - Bameswara, keturunan Dinasti Siyana yang menikah dengan Kirana. – Jayabhaya, pada masanya terjadi perang saudara antara Kediri dan Jenggala dan ia menyusun sebuah ramalan yang berjudul Jangka Jayabhaya. – Gandra, pada masanya dilakukan penyempurnaan struktur pemerintahan dan dilakukannya penulisan-penulisan kakawin. – kertajaya, pada masanya ia membatasi hak istimewa para Brahmana yang akhirnya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh ken Arok di Tumapel.
9.       Kerajaan Singasari
Sumber sejarah Kerajaan Singasari adalah kitab Pararaton dan Negarakertagama. Pendiri kerajaan Singasari sangat terkait dengan keruntuhan Kerajaan Kediri oleh Ken Arok. Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dan Tumapel, serta mendirikan Kerajaan Singasari. Ia bergelar Sri Rangga Rajasa Amurwabhumi dan mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur. Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok memiliki 4 orang anak dan dari Ken Umang ia memiliki 4 orang anak dan dari Ken Umang ia memiliki 4 orang anak. Ken Arok mangkat karena dibunuh oleh anak tirinya Anuspati menggunakan Keris Mpu Gandring yang digunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung. Anuspati mangkat oleh Tohjaya memerintah Singosari pada tahun 1248, tidak lama ia memerintah karena terjadi pemberontakan Ranggawuni. Ranggawuni naik takhta pada 1248 dan pada 1254 ia mengangkat anaknya Kertanegara sebagai Yuwaraja Ranggawuni. Ia mangkat pada 1268. Kertanegara memerintah mengganti ayahnya dengan dibantu oleh tiga mahamantri dan beberapa pejabat lainnya. Kertanegara raja yang ekspansionis, bercita-cita memperluas wilayah Kerajaan Singasari hal ini dibuktikan dengan melakukan penaklukan Kerajaan Melayu dalam ekspedisi Pamalaya dan diabadikan pada alas patung. Ketika sebagian pasukan dikirim ke Melayu, Jayakatwang dari Kediri menyerang kerajaan Singosari yang pada waktu itu sedang mengadakan upacara Tantrayana. Singasari berhasil dikalahkan oleh Kediri pada tahun 1292.
10.   Kerajaan Bali
Berita mengenai kerajaan Bali diperoleh dari Prasasti sanur, yang dibuat oleh raja Sri Kesariwarmadewa. Ia adalah Raja pertama dari Dinasti Warmadewa. Penerusnya adalah ugrasena yang mengeluarkan beberapa peraturan tentang pem bebasan pajak. Ugrasena lalu digantikan oleh Rabanendra lalu berturut-turut yang memrintah di Bali adalah Jayasinohawarmadewa namun, tidak diketahui informasinya dengan pasti setelah masa raja, yang tidak banyak informasinya Bali di pimpin lagi oleh seorang ratu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi yang diperkirakan adalah putri Mpu Sindok. Penggantinya adalah Udayana yang menikahi cicit Mpu Sindok. Hal ini membuat hubungan antara kerajaan Bali dan Medang kemulan berjalan baik. 
11.   Kerajaan Pajajaran
Diketahui bahwa pengajaran terletak di daerah Galuh dan kerajaan ini didirikan oleh Sena. Pengganti Raja Sena adalah Jayabhayati, dilanjutkan oleh Rhyang Niskala Wastu Kencana dan dilakukan pemindahan pusat kerajaan ke Kawali. Raja terbesar dari kerajaan ini adalah Sri Baduga Maharaja. Pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja, kerajaan Pajajaran terlibat dalam peperangan dengan kerajaan Majapahit yang waktu itu diperintah oleh Hayam Wuruk. Peristiwa ini, terjadi pada disebut dalam Kitab Pararaton sebagai perang Bubat. Setelah Sri Baduga mangkat, ia digantikan oleh Hyang Bunisora (1397-1371). Pengasuh putra mahkota Wastu Kencana. Lalu, ia di gantikan oleh Wastu Kencana. Kemudian, ia digantikan lagi oleh Tohaan dan Ratu Jayadewata. Berita dari Tomepires mengatakan bahwa sudah ada  penganut Islam dari kerajaan Demak semakin kuat. Jayadewata kemudian meminta bantuan portugis di Maluku, namun terlambat karena pada 1527 Demak behasil merebut pelabuhan Sunda Kelapa. Setelah di  kuasainya pelabuhan Sunda Kelapa oleh Demak. Pajajaran dihadapkan dengan kekuatan kerajaan Banten. Papajaran runtuh setelah diserang oleh Banten pada tahun 1579, rakyat pajajaran yang tidak tunduk lebih memilih untuk tinggal dipedalaman dan dikenal dengan suku Badui.
12.   Kerajaan Majapahit
      Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir dan terbesar di Jawa. Didirikan oleh Raden Wijaya, menantu kertanegara yang dibunuh oleh Jayakatwang. Daerah Majapahit adalah pemberian dari Jayakatwang kepada Raden Wijaya. Pendirian pemukiman ini dilakukan setelah kediri menyerang Singasari dan Raden Wijaya meminta pertolongan dari Bupati Madura. Aria Wiraraja. Kedatangan bangsa ana di Tuban dimanfaatkan oleh Raden Wiijaya untuk menyerang Kediri. Raja Jayakatwang berhasil dikalahkan, kemenangan itu dipakai oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka, pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir armada Cina. Raden Wijaya naik tahta pada 1293. Selama pemerintahannya, banyak, terjadi pemberontakan, tetapi dapat diatasi oleh Gajah Mada. Pemberontakan masih menjadi ganjalan selama masa pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi, tetapi masih dapat diatasi. Pada masa pemerintahan Tribuanatunggadewi, Gajah Mada mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan memakan buah palapa sebelum ia dapat menundukan Nusantara. Sumpah itu dinamakan Sumpah Palapa. Majapahit semakin besar pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Namun, setelah Gajah Mada wafat, Majapahit mulai mengalami kemunduran, keadaan ini diperparah dengan wafatnya Hayam Wuruk pada 1389 dan tidak meninggalkan keturunan. Perpecahan semakin terlihat ketika terjadi perang saudara antara, Wikramawadhana dan wirabumi yang dikenal dengan perang Paregreg. Perang ini makin lama makin memeperlemah kekuasaan Majapahit di Nusantara. Majapahit runtuh sekitar tahun 1500-an.


sumber :
Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial standar isi 2006.  Dr. Magdalia Alfian, M.A, Dr. Nana Nurliana Soeyono, M.A, Dra. Sudarini Suhartono, M.A. penerbit: ESIS