Tuesday, April 29, 2014


Waisak dirayakan sekali setiap tahunnya, yaitu setiap bulan purnama di bulan Mei atau Purnama Sidhi. Waisak memperingati tiga peristiwa paling penting dalam kehidupan Buddha Gautama Siddharta dan dikenal sebagai Tri Suci Waisak. Peristiwa penting pertama adalah kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini tahun 623 SM. Peristiwa penting kedua adalah pencerahan dimana Pangeran Siddharta menjadi Buddha di Bodhgaya pada usia 35 pada tahun 588 SM. Ketiga adalah wafatnya Buddha Gautama di Kusinara pada usia 80 tahun (543 SM).
Upacara sakral didahului sejumlah ritual beberapa hari sebelumnya, seperti mengambil air suci. Hari berikutnya adalah ritual menyalakan obor Waisak. agi umat Buddha, api adalah perlambang cahaya. Sejatinya cahaya dapat menghapuskan kesuraman dan membawa terang atau dapat pula diibaratkan sebagai cahaya pengetahuan di gelapnya kehidupan. Dengan api pula, umat Buddha ingin membersihkan segala jenis kotoran batin dengan cara membakarnya.

Ritual pindapatta juga akan dilakukan sebagai bagian dari ritual Waisak. Berasal dari kata 'panda' yang berarti sepotong makanan dan 'patta' (patra) yang berarti mangkuk. Pindapatta adalah ritual dimana biarawan Buddha (Bikku dan Bikkhuni) menerima persembahan makanan dari jemaat Buddha. Biarawan Buddha akan berjalan dengan kepala tertunduk sambil memegang mangkuk dan jemaat secara sukarela akan mengisi mangkuk mereka dengan makanan. Filosofi di balik ritual ini adalah tindakan memberi dan menerima sebagai latihan moral baik bagi biarawan dan pengikut Buddha, sesuai dengan ajaran Buddha. Bagi para bhikkhu, pindapatta adalah salah satu cara melatih diri hidup sederhana dan belajar menghargai pemberian. 

Pada hari puncak perayaan Waisak, Biksu dan jemaat Buddha berkumpul di suatu tempat yang dianggap sakral. Berbagai macam persembahan mulai dari lilin, bunga, dan dupa dari para jemaat ditempatkan di altar yang berada tepat di depan patung Buddha yang megah tersebut. Saat malam menjelang, kemegahan Borobudur semakin semarak oleh cahaya lilin yang menjadi salah satu unsur penting upacara. Lilin tidak hanya berperan sebagai persembahan tetapi juga merupakan representasi dhamma. Ia memiliki makna yang sakral yakni sebagai simbol rasa hormat kepada Buddha dan kebijaksanaan.

Setelah menyalakan lilin, Ghata Visaka Puja akan dibacakan oleh para jemaat. Cahaya bulan yang bersinar lembut di langit Candi Borobudur menjadi saksi kekhusukan jemaat yang membacakan doa suci.
Menandai akhir seri ritual Waisak, ribuan lentera Puja akan dilepaskan ke langit sebagai perlambang pencerahan bagi seluruh alam semesta. Sebelum melepaskan lampion ke angkasa, jemaat akan menghaturkan doa dan harapannya kepada Tuhan

0 comments:

Post a Comment